Halaman

Jumat, 21 Februari 2014

St. Valentine's, and most importantly, women.

Kurasa kita semua tahu hari apa 14 Februari itu. Hanya sedikit—kalaupun ada—kalangan yang tidak mengerti hari apa hari itu. Yup, hari kasih sayang terkenal sedunia, St. Valentine’s day. Kultwit ini membahas tentang ‘dark past’-nya St. Valentine’s day, yang pastinya belum diketahui begitu banyak orang.

Sebenarnya, apa St. Valentine’s Day itu? Katanya sih, hari kasih sayang. Tapi, ‘masa, hari kasih sayang dibatasi sehari itu aja? Terus hari lainnya (surprise, setahun kan, 365 hari!) hari apa dong?

Katanya, cuma hari buat merayakan sayang-sayangan aja. Katanya sih, “Kan, juga cuma mainan. Nggak ada salahnya ngerayain. Habis, nanti dikiranya ketinggalan jaman.” Wih, banyak deh alasannya. Padahal nih, faktanya, tingkat penjualan kondom dan penyewaan hotel hari itu... meningkat drastis! Bahkan hingga 500% lebih banyak daripada tingkat penjualan biasanya (berita ini-pun baru di Pontianak! Di Jogja apalagi?).

Hari yang katanya “nggak ada salahnya ngerayain” dan “super harmless” ini ternyata hari maksiat, ya! Surprised already?

Nggak ada salahnya sayang sama orang. Tapi, sayang sama orang kan, nggak usah di lihat-lihatin di hari itu aja. Masa’ mau sayang Ibu cuma pas Hari Ibu? Nggak juga, kali!
Mumpung sampai sini, kukasih tahu nih:

Women are judged with their past in mind, and, on the contrary, men are judged by their future. If women easily gave away their pride, what would they have left?

Perempuan itu yang dinilai dari masa lalunya. Perempuan yang sudah terkenal ‘gampangan’, pasti dinilai buruk—bahkan lebih buruk dari sampah—oleh masyarakat. Sedangkan, laki-laki... yah, asalkan kaya juga pasti nanti ada yang mau, nggak peduli masa lalunya seperti apa.

Harga diri perempuan itu sesuatu yang nggak bisa ditukar dengan apapun. Masa’, belum nikah sudah mau memperlihatkan aurat?

Sebenarnya aku nggak suka kalau perempuan dipanggil ‘sekenan’, karena perempuan bukan barang. Tapi pastinya, kalau kau sudah berani membuang what little pride yang masih tersisa (setelah berpacaran) hanya untuk kesenangan sesaat semata, masa depanmu bagaimana? Apa yang bisa kau berikan kepada suami-mu nanti?

Sebagai perempuan, aku, jujur saja, benci terhadap perempuan yang dengan mudahnya berteriak-teriak, menjerit-jerit di tempat umum, hanya untuk mencari perhatian. Apalagi yang dengan oke-nya disentuh-sentuh oleh lawan jenisnya. Melihatnya saja sudah mual; sebenarnya apa yang bisa didapat? Jadi terkenal?

Kau tahu, laki-laki itu, meskipun luarnya shallow, mereka juga pakai otak kalau mau mendapat yang diinginkan. Mungkin luarnya terlihat ter-wow oleh cewek-cewek yang dengan mudahnya membuka aurat, tapi dibelakang, mereka mengejek-ejek bagaikan mereka orang paling suci sedunia, yang paling berhak men-judge orang lain. Surprise guys, you’re no better!

Kurasa sampai sini dulu (^q^) I’ll start raging otherwise.


Kalau mau membaca lebih banyak, I recommend buku Udah, Putusin Aja! buatan Ustadz Felix Siauw. Pretty art and awesome writing (plus, epic title!), what more could you ask for? Go grab it, here and now!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar